Mahasiswa Fak. Ilmu Budaya, Sastra Indonesia 2009
Ingat Alam
Alun-alun ilalang menggema sayu
terhempas dari empat mata angin
bernyanyi nan tentram
untuk,
menghangatkan tubuh,
melegahkan hawa.
Namun,
Kelam alam menghujam.
Bingun rasanya, maju atau mundur?
Pemberontak merajuk nafsu,
tangan mulai mengais-ngais rumput
lalu, menebas sebilah tajam
sampai pertumpahan darah melakon.
Akh, bangun…bangun…
buat apa tancapkan pedang Saudara-Saudaraku!
kita hidup satu tanah
ciptaan Tuhan.
Hembuskan suara bijakmu,
salinglah mengendor kepalan tangan
demi memanjangkan ari-ari anak kita!
Muda dunia karena kau memudakan
Tua dunia karena kau mentuakan
Ingat, alam ini di tangan Makhluk-Nya.
Cerita Si Awam
Lahirlah dia digedung pencakar langit,
ditengah ‘tau sogi’
namun, terlempar jua.
Kini…
Kumis tebalnya menyapu dinding kota,
para teknokrat berbaris gagah
menjulurkan lidah
pada si Awam.
Negeri ini demokratis
Kita harus merdeka
Kembangkan spanduk-spanduk
Hrk…hrk…
Turunkan harga…katanya.
Suaranya habis sendiri,
Pamongpraja menyumbat tangannya
Masuklah dia di jeruji besi.
Kasiham Si Awam
Sungguh, Si Awam kasihan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar